Mungkin kata itulah yang banyak dirasakan oleh para insan karena kekecewaannya
terhadap pasangannya yang telah membawa kegagalan dalam membangun mahligai kebahagiaan
rumah tangga. Dahulu tidak ada kedukaan yang dirasakan, segalanya indah dan berbunga-bunga.
Perkataannya lembut penuh makna, sentuhannya menenangkan, pandangannya menyejukkan
hati, dan senyumannya menggembirakan.
Lebih dari itu pula, harapan hati terbangun terbayang kebahagiaan, berhayal selalu dalam kemesraan yang takkan berakhir untuk selalu berdua. Susah senang akan bersama, sedih dan gembira juga dinikmati bersama. Tak ada kata susah bila saling mencintai semua keadaan diarungi pula bersama. Karena begitu besar kebagahagiaan yang kurasakan itu, maka kuserahkan segalanya untuknya. Manis janjinya mengalahkan manisnya madu.
Waktu berjalan, semua tak seperti dulu lagi. Dia bukanlah orang yang dahulu dikenalnya, tatapannya menyeramkan, wajahnya menakutkan, tutur katanya menyakitkan. Setiap yang dilakukan selalu salah dimatanya, setiap kata yang diucapkan selalu tidak diterimanya, setiap pelayanan yang diberikan selalu mengecewakannya.
Lebih dari itu pula, harapan kebahagiaan yang telah terbangun kini pupus sudah. Kami tidak selalu bersama, aku duka dia suka, aku sedih dia gembira, aku susah dia senang, selalu yang aku rasakan kesedihan, kedukaan dan air mata. Karena begitu besar kesedihan yang kurasakan itu, maka aku menyesali semua ini. Pahit sikapnya mengalahkan pahitnya empedu.
Sobat, ada orang yang manis sekali perkataannya. Intonasinya dibuat sedemikian rupa, redaksinya dibuat serinci mungkin, argumennya membuat para pendengar yakin, sampai-sampai ajakannya membuat orang tak sanggup untuk menolaknya laksana orang yang terhipnotis. Tapi apa yang kita dapatkan bila kita telah menuruti apa yang dia sampaikan, hanya bualan dan kepalsuan belaka. Tidak ada janjinya yang ditepati, dan sangat menyakitkan bila kita menagih janjinya. Hati-hati.......
Ruang Tanya Jawab
T : Dalam hal apakah kita harus berhati-hati dalam menerima apa yang di janjikan
seseorang?
J : Hati-hati dalam semua sisi, logika kita harus berjalan dan firasat hati
kita dapat dijadikan pertimbangan. Bila hati telah ragu apalagi tidak logis,
tentu saja jangan kita mengikutinya.
Mohon maaf bila beberapa pertanyaan belum dapat ditayangkan, mengingat banyaknya pertanyaan yang diterima serta keterbatasan ruang.
Ust. Baihaki Muslim
Pengasuh Klinik Bani SaidArsip Hikmah Baihaki