Anugerah yang Allah berikan untuk kelengkapan tubuh manusia ini sangatlah mengagumkan.
Mulai dari panca indera, mekanisme gerakan otot dan pergelangan, tumbuhnya rambut
dengan komposisi yang tepat untuk area-area tertentu, sampai susunan saraf yang
terpadu dari kulit kepala sampai telapak kaki, semuanya tersusun rapi dalam
pola yang serasi dan seimbang.
Diantara kelengkapan-kelengkapan tubuh itu ada yang bernama lidah yang berfungsi untuk mengolah kata hingga manusia itu mampu berbicara atau berkata-kata dengan sebaik baiknya. Dengan lidah, memperjelas ucapan kata demi kata, menghanyutkan para pendengar dalam tarikan suara yang merdu, membuat tubuh merinding saat orator dengan berapi-api menyampaikan pidatonya. Dan dengan lidah, mampu menciutkan nyali orang yang bertubuh besar dan kekar, menusuk jantung lawan bicara, bahkan dapat membunuh lawan-lawan politik. Dengan dampak yang seperti ini, maka tentu ada saatnya kita harus berkata ada saatnya harus diam.
Betapa hebatnya berkata-kata, bila diam membuat tidak sadarnya seseorang dari perbuatan salah yang terus menerus berulang. Betapa pentingnya berkata-kata, bila diam membuat orang lain tidak menambah pengetahuan dan ilmunya. Betapa dahsyatnya berkata-kata, bila diam akan membuat orang lain mengalami kecelakaan atau musibah. Betapa luar biasanya berkata-kata, bila diam dapat membuat rakyat lemah dan pasrah untuk mengusir para penjajah dari bumi tercinta ini.
Alangkah bagusnya diam, bila berkata-kata bisa mengakibatkan terhinanya orang lain. Alangkah cerdiknya diam, bila berkata-kata akan menjerumuskan orang lain. Alangkah indahnya diam, bila berkata-kata hanya akan menyakiti orang lain. Alangkah terhormatnya diam, bila berkata-kata dapat merendahkan orang lain. Alangkah mulianya diam, bila berkata-kata akan menimbulkan fitnah yang keji bagi orang lain.
Itulah perlunya menempatkan diri untuk berkata atau diam. Betapa tajamnya kata-kata itu saat hati kita panas dan murka, namun juga betapa sejuknya kata-kata itu saat hati kita damai dan bahagia.
Ruang Tanya Jawab
T : Bagaimana gambaran mulianya orang berkata atau diam?
J : Diam itu emas, berkata itu mutiara. Maka jadilah emas, untuk diam dari berkata-kata
yang akan menimbulkan kerusakan. Dan jadilah mutiara, untuk berkata yang baik
dan mulia.
Mohon maaf bila beberapa pertanyaan belum dapat ditayangkan, mengingat
banyaknya pertanyaan yang diterima serta keterbatasan ruang.
Ust. Baihaki Muslim
Pengasuh Klinik Bani SaidArsip Hikmah Baihaki