Banyak diberitakan di media bahwa BP Migas kelihatannya akan memutuskan bahwa
pipanisasi proyek Kepodang milik Petronas Carigali akan 'diambil -alih' oleh Bakrie.
Pipanisasi yang terbentang dari Muriah Power Plant ke platform CPP (Central Processing
Platform) akan dikelola oleh Bakrie karena dianggap sebagai bagian dari konsesi
pipanisasi Kalimantan - Jawa (Kalija) dimana Bakrie adalah pemenang lelangnya.
Posisi CPPnya Petronas Carigali yang tepat berada di tengah Jawa dan Kalimantan - padahal ada ratusan platform perusahaan minyak lain yang juga berposisi tidak jauh beda, menyebabkan klaim dari Bakrie ini menjadi "sulit ditolak" oleh BP Migas.
Yang jadi perhatian saya adalah, selain akan mengubah skenario pembangunan lapangan Kepodang yang dikelola Petronas, pipanisasi Kalija (Kalimantan Jawa) ini juga dikhawatirkan akan "mengganggu" strategi banyak perusahaan yang berencana membangun LNG regasification.
Salah satunya seperti yang akan dilakukan Pertamina PGN (baca disini). Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa project LNG hanya akan kompetitif jika tidak ada pipeline. Jika pipanisasi sudah terbentang, maka project LNG akan sulit secara keekonomiannya, kecuali jika dibangun dalam waktu yang lebih cepat, lebih murah dan lebih flexible.
Dari pengamatan saya, kelihatannya project Pertamina-PGN di atas sudah cukup antisipatif, karena yang akan dibangun adalah Project terapung yang flexible, sehingga asetnya bukan aset tetap karena akan mudah untuk dipindahkan oleh operatornya jika konsesinya sudah selesai.
Mari kita lihat perkembangan kedua project diatas, mana yang akan masuk fase tender EPC duluan dan mana yang akan segera terealisasi.
Berita tentang Kalija dapat diintip di pme-indonesia.com:
JAKARTA. PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) tengah menyiapkan dana sebesar US$ 135-145 juta untuk pembangunan jalur pipa gas Kepodang tahap I dari Kalimantan-Jawa (Kalija). Direktur Utama PT Bakrie & Brothers Bobby Gafur Umar mengatakan, Bakrie & Brothers selaku pemegang konsesi gas Kalimantan-Jawa (Kalija) yang jalurnya sejalan dengan pipa Kepodang, sudah membicaraka secara intensif dengan pemerintah untuk dapat membangun pipa Kepodang sebagai realisasi tahap I dari Kalija. "Rencana pembangunan pipa tersebut adalah segera setalah ditandatanganinya GSA (Gas Sales Agreement) plus Gas Transportation Agreement (GTA), jadwal pembangunan pipa 22 bulan dengan perkiraan biaya USD 135-145 juta. Pembiayaannya dengan menggunakan skema project financing dan equity", kata Bobby kepada wartawan, Jakarta, Rabu (27/10).
Saat ini, lanjut Bobby, tarif yang sudah disepakati yang memberikan keuntungan optimum kepada pemerintah adalah 37 cent USD. "Saat ini kami menunggu penetapan dari pemerintah untuk pipa Kepodang tersebut dibangun dengan skema Hilir Open Access dan merupakan bagian dari Kalija", ujarnya.
Dengan skema hilir tersebut, imbuh Bobby, maka biaya pembangunan pipa tidak masuk dalam cost recovery yang tentunya menguntungkan negara dan akan banyak sumur-sumur gas marginal sepanjang jalur pipa dapat memanfaatkan pipa Open akses tersebut.