Minuman yang Hambat Penyerapan Gizi Apabila Diminum Setelah Makan
Diposting oleh Admin pada Rab, 10/03/2021 17:14 WIB


 

Makan adalah kebutuhan mendasar bagi keberlangsungan hidup kita. Makan tak sekadar ajang memanjakan kenikmatan di lidah saja, tapi juga sebagai upaya pemenuhan berbagai nutrisi penting bagi tubuh.

Tentunya sehabis makan, selain merasa kenyang, kita mengharapkan nutrisi pada makanan yang kita konsumsi diserap baik oleh tubuh, sehingga tubuh selalu tersuplai zat gizi untuk mendukung berbagai reaksi metabolisme. Saat metabolisme tubuh ini lancar, maka kesehatan optimal bisa didapat.

Namun, sayangnya masih ada kebiasaan yang kurang tepat di masyarakat yang bisa memengaruhi penyerapan zat gizi dari makanan yang dikonsumsi. Di antaranya adalah langsung minum beberapa jenis minuman setelah makan, yang faktanya malah dapat menghambat penyerapan gizi makanan.

Berikut jenis minuman yang dapat menghambat penyerapan gizi ketika diminum setelah makan :

 

1. Teh 

Meskipun diketahui memiliki banyak manfaat untuk kesehatan, tetapi teh juga diketahui dapat menghambat penyerapan zat besi jika dikonsumsi pada waktu yang salah, seperti pada saat makan atau dalam satu jam setelah makan.

Penghambatan penyerapan ini terjadi karena salah satu jenis polifenol yang terkandung di dalam teh, yaitu tanin. Sebenarnya tanin ini merupakan antioksidan berjenis polifenol yang mencegah atau menetralisir efek radikal bebas, yang berasal dari tumbuhan, dan terasa pahit.

Namun, dalam hal ini tanin yang terkandung di dalam teh memberikan efek yang kurang baik karena mengurangi daya serap zat besi. Berdasarkan laporan dalam Jurnal Analis Kesehatan tahun 2019, disebutkan bahwa konsumsi pangan sumber zat besi bersamaan dengan teh sebanyak 200 mL menyebabkan penyerapan zat besinya hanya sebesar 2-3 persen saja. 

Sementara itu, 150 ml teh hitam yang diminum dalam rentang waktu satu jam setelah makan akan menurunkan penyerapan zat besi hingga 75-80 persen. Teh hitam juga diketahui menghambat penyerapan besi hampir dua kali lipat daripada teh hijau.

Karena itulah, konsumsi teh sehabis makan, terutama makanan lauk sumber zat besi tidak dianjurkan karena menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya anemia defisiensi besi.

 

2. Kopi 

Kafein dalam minuman kopi menghalangi penyerapan zat besi jika dikonsumsi dengan makanan atau dalam satu jam setelah makan. Kafein turut campur dalam penyerapan zat besi ke dalam tubuh bahkan hingga sebanyak 40 persen, di mana zat besi penting bagi tubuh.

Kafein juga diketahui mengganggu penyerapan kalsium dari makanan. Pada ibu hamil, kafein juga dapat mengambil cairan dan kalsium dari tubuh yang diperlukan untuk kesehatan janin.

Studi dalam Jurnal Gizi Indonesia tahun 2019 menyebutkan bahwa kafein cepat diabsorpsi oleh usus dan tidak terakumulasi di dalam tubuh, karena langsung dimetabolisme oleh hati dan dieliminasi keluar tubuh. Kafein memiliki efek diuretik ringan, sehingga meningkatkan frekuensi urine (diuresis).

Kafein kopi dapat menurunkan absorpsi kalsium di usus dan juga meningkatnya ekskresi (pembuangan) kalsium melalui urine. Hal ini tentunya membuat konsumsi asupan sumber pangan kalsium kita menjadi sia-sia.

 

3. Susu 

Kalsium yang terkandung dalam minuman susu memiliki efek negatif pada penyerapan zat besi, baik pada besi non-heme dari sumber nabati maupun zat besi heme dari sumber hewani. Meskipun demikian, sifat penghambat pada kalsium ini tidak akan memperlihatkan dampak jika kandungan kalsium hanya <40 mg atau bahkan >300 mg.

Disebutkan dalam Journal of Nutrition College tahun 2016, hal ini disebabkan karena kalsium dalam susu berkompetisi dengan zat besi pada saat proses transfer di saluran intraseluler. Kalsium menghambat transpor zat besi melewati membran basolateral dari enterosit ke plasma, sehingga ketersedian zat besi dari makanan yang dikonsumsi menjadi rendah penyerapannya.

Tentunya, apabila sumber pangan zat besi dikonsumsi bersamaan dengan kalsium terus-menerus, hal ini berakibat pada status mineral besi yang rendah pada tubuh kita, sehingga meningkatkan risiko terjadinya anemia.

 

4. Soft drink atau minuman bersoda

Dalam Jurnal Ilmu Gizi tahun 2015 dijelaskan, soft drink merupakan minuman ringan berkarbonasi yang tidak mengandung alkohol. Disebut minuman ringan karena mempunyai kadar gizi yang “ringan”, artinya hanya mempunyai kadar gula yang tinggi tetapi kadar zat gizi lain rendah.

Minuman jenis ini telah melalui suatu proses penginjeksian gas karbondioksida (CO2), oleh karenanya disebut minuman berkarbonasi. Komposisinya terdiri dari 90 persen air dan 10 persen lainnya adalah kombinasi antara gas CO2 dan bahan tambahan pangan (food additives).

Beberapa zat yang sering ditambahkan ke dalam softdrink antara lain kafein, sakarin, fruktosa, asam benzoat, asam sorbat, aspartam dan asam fosfat.

Kafein telah diketahui memiliki pengaruh dalam menghambat penyerapan zat besi dan kalsium. Sementara, bahan lainnya seperti asam fosfat terbukti juga dapat menghambat absorpsi kalsium, sehingga terjadi ketidakseimbangan yang dapat menyebabkan kehilangan kalsium lebih banyak.

Kandungan asam fosfat dan pemanis buatan dalam soft drink bila dikonsumsi dalam jangka panjang juga dapat meningkatkan risiko osteoporosis. Kurangnya penyerapan kalsium inilah yang mengakibatkan mineralisasi tulang menjadi terganggu, sehingga meningkatkan risiko tulang menjadi rapuh.

 

5. Minuman berenergi 

Minuman ini diciptakan untuk memberi energi yang tinggi kepada konsumennya dengan kombinasi stimulan dan zat-zat penguat energi lainnya.

Kebanyakan minuman berenergi mengandung gula dan kafein dalam jumlah besar sebagai bahan aktif utama, meskipun zat lain seperti taurin, riboflavin, piridoksin, vitamin B, dan berbagai herbal seperti guarana, ginseng, dan ginkgo biloba juga ada.

Kandungan gula yang tinggi (sekitar 9 atau 10 persen) tidak hanya membuat minuman berenergi lebih berkalori, tetapi juga menghambat penyerapan cairan dan dapat menyebabkan kram perut.

Selain itu, konsentrasi kafein dalam minuman berenergi dapat berkisar tiga sampai lima kali konsentrasi dari minuman bersoda. Senyawa kafein inilah yang menyebabkan penyerapan beberapa zat gizi tidak dapat terserap dengan baik oleh tubuh, di antaranya seperti zat besi dan kalsium.

Itulah ulasan terkait minuman-minuman sebaiknya tidak diminum saat maupun sesudah makan. Sebaiknya minumlah pada waktu yang tepat, yaitu di antara waktu makan utama atau pada waktu makan camilan. Memberi jeda waktu setelah makan apabila ingin mengonsumsi minuman tersebut juga bisa menjadi langkah yang tepat agar tidak mengganggu penyerapan zat gizi pada makan yang telah dikonsumsi, sehingga nutrisi dalam makanan bisa terserap oleh tubuh secara optimal.

 

 

 

Sumber : https://www.idntimes.com, Penulis : ilham bintoro


Artikel ini sudah dibaca oleh : 502 pengunjung



Whistle Blower System